ASI merupakan makanan terpenting bagi bayi. Karena ASI memiliki keunggulan dan keistimewaan sebagai nutrisi paling istimewa dibandingkan sumber nutrisi lainnya. Komponen baik makro maupun mikro yang terkandung di dalam ASI sangat penting dibutuhkan pada tiap tahapan pertumbuhan bayi kita. Komponen makro terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak sedangkan komponen mikro adalah vitamin dan mineral.
ASI mengandung zat antibodi yang berperan sebagai sistem pertahanan dinding saluran pencernaan terhadap infeksi. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai kadar antibodi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula. Oleh karena itu, daya tahan tubuh terhadap infeksi bakteri patogen (bakteri yang menjadi biang penyakit) pada bayi dengan ASI lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan susu formula.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif adalah dengan rajin memerah susu, apalagi bagi ibu-ibu wanita karir. Peran psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui.
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Banyak mitos-mitos berkembang yang berasal dari berbagai pemikiran orang. Ketahui faktanya, agar proses menyusui tak tercemari oleh mitos yang keliru.
1. Mitos: Wanita yang hamil tidak boleh menyusui
Fakta: Sewaktu ibu menyusui, hormon oksitosin akan dilepaskan. Hormon oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawab untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan. Fakta ini yang sangat menimbulkan kekhawatiran bahwa menyusui dapat berperan dalam proses kelahiran prematur akibat kontraksi dini dari otot rahim. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena sensitifitas rahim terhadap oksitosin baru meningkat pada kehamilan cukup bulan dan setelah melahirkan.
2. Mitos: Ibu dengan puting yang kecil akan sulit menyusui
Fakta: Saat bayi menyusu pada ibunya, bagian payudara yang seharusnya masuk ke mulut bayi tidak hanya bagian putingnya saja melainkan seluruh areola payudara. Areola yaitu daerah gelap di sekitar puting payudara, yang dapat melebar atau lebih gelap selama kehamilan. Jika bayi hanya memasukkan puting saja ke dalam mulutnya, ASI yang keluar akan sedikit. Perlekatan yang kurang baik antara mulut bayi dan payudara akan menyebabkan puting lecet. Bayi akan menarik, menggigit dan menggesek kulit payudara. Hal ini akan melukai puting dan menimbulkan rasa nyeri.
3. Mitos: Bayi diare tidak boleh minum ASI
Fakta: ASI dengan berbagai kelebihannya dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh pada saluran pencernaan bayi. Lingkungan asam yang diciptakan di dalam usus besar setelah mendapatkan ASI merupakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik namun tidak ideal untuk bakteri jahat. Mikro organisme baik ini juga akan menghasilkan zat yang dapat menghambat aktivitas bakteri jahat.
4. Mitos: ASI harus diberikan secara teratur sesuai jadwal
Fakta: Pemberian ASI sebaiknya tidak dijadwalkan. Menyusui yang paling baik dilakukan sesuai permintaan (on demand) pada siang dan malam hari. Dalam sehari pemberian ASI minimal 8 kali. Semakin sering bayi menyusui, semakin banyak pula ASI yang dihasilkan.
5. Mitos: ASI eksklusif tidak dapat dilakukan pada ibu dengan jumlah ASI sedikit
Fakta: Salah satu penyebab jumlah ASI sedikit adalah kurangnya keyakinan dari ibu bahwa dia dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam upaya membantu ibu dengan ASI yang kurang adalah mencari penyebab. Faktor yang paling sering adalah faktor menyusui yaitu kesalahan jadwal, tidak mengosongkan salah satu payudara, tidak melakukan inisiasi menyusui dini, dan kesalahan pada posisi dan perlekatan antara mulut bayi dan payudara. Faktor lain adalah faktor psikologis ibu. Perasaan stress dan kekhawatiran yang berlebihan akan jumlah ASI yang tidak cukup akan menyebabkan ASI semakin berkurang.
6. Mitos: Ibu yang sudah berhenti menyusui tidak akan dapat memberikan ASInya kembali
Fakta: Setelah tidak menyusui sekian lama, produksi ASI akan berkurang. Selain itu bayi akan malas menyusu apalagi jika sudah diberikan susu melalui botol. Untuk mengembalikan agar ibu dapat menyusui bayinya kembali, dapat digunakan alat yang disebut “suplementer”. Suplementer adalah alat yang digunakan pada bayi yang menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Alat ini terdiri dari slang plastik dan cangkir. Dengan alat ini bayi tidak akan marah karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang untuk memproduksi ASI.Dari Berbagai sumber.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif adalah dengan rajin memerah susu, apalagi bagi ibu-ibu wanita karir. Peran psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui.
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Banyak mitos-mitos berkembang yang berasal dari berbagai pemikiran orang. Ketahui faktanya, agar proses menyusui tak tercemari oleh mitos yang keliru.
1. Mitos: Wanita yang hamil tidak boleh menyusui
Fakta: Sewaktu ibu menyusui, hormon oksitosin akan dilepaskan. Hormon oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawab untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan. Fakta ini yang sangat menimbulkan kekhawatiran bahwa menyusui dapat berperan dalam proses kelahiran prematur akibat kontraksi dini dari otot rahim. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena sensitifitas rahim terhadap oksitosin baru meningkat pada kehamilan cukup bulan dan setelah melahirkan.
2. Mitos: Ibu dengan puting yang kecil akan sulit menyusui
Fakta: Saat bayi menyusu pada ibunya, bagian payudara yang seharusnya masuk ke mulut bayi tidak hanya bagian putingnya saja melainkan seluruh areola payudara. Areola yaitu daerah gelap di sekitar puting payudara, yang dapat melebar atau lebih gelap selama kehamilan. Jika bayi hanya memasukkan puting saja ke dalam mulutnya, ASI yang keluar akan sedikit. Perlekatan yang kurang baik antara mulut bayi dan payudara akan menyebabkan puting lecet. Bayi akan menarik, menggigit dan menggesek kulit payudara. Hal ini akan melukai puting dan menimbulkan rasa nyeri.
3. Mitos: Bayi diare tidak boleh minum ASI
Fakta: ASI dengan berbagai kelebihannya dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh pada saluran pencernaan bayi. Lingkungan asam yang diciptakan di dalam usus besar setelah mendapatkan ASI merupakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik namun tidak ideal untuk bakteri jahat. Mikro organisme baik ini juga akan menghasilkan zat yang dapat menghambat aktivitas bakteri jahat.
4. Mitos: ASI harus diberikan secara teratur sesuai jadwal
Fakta: Pemberian ASI sebaiknya tidak dijadwalkan. Menyusui yang paling baik dilakukan sesuai permintaan (on demand) pada siang dan malam hari. Dalam sehari pemberian ASI minimal 8 kali. Semakin sering bayi menyusui, semakin banyak pula ASI yang dihasilkan.
5. Mitos: ASI eksklusif tidak dapat dilakukan pada ibu dengan jumlah ASI sedikit
Fakta: Salah satu penyebab jumlah ASI sedikit adalah kurangnya keyakinan dari ibu bahwa dia dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam upaya membantu ibu dengan ASI yang kurang adalah mencari penyebab. Faktor yang paling sering adalah faktor menyusui yaitu kesalahan jadwal, tidak mengosongkan salah satu payudara, tidak melakukan inisiasi menyusui dini, dan kesalahan pada posisi dan perlekatan antara mulut bayi dan payudara. Faktor lain adalah faktor psikologis ibu. Perasaan stress dan kekhawatiran yang berlebihan akan jumlah ASI yang tidak cukup akan menyebabkan ASI semakin berkurang.
6. Mitos: Ibu yang sudah berhenti menyusui tidak akan dapat memberikan ASInya kembali
Fakta: Setelah tidak menyusui sekian lama, produksi ASI akan berkurang. Selain itu bayi akan malas menyusu apalagi jika sudah diberikan susu melalui botol. Untuk mengembalikan agar ibu dapat menyusui bayinya kembali, dapat digunakan alat yang disebut “suplementer”. Suplementer adalah alat yang digunakan pada bayi yang menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Alat ini terdiri dari slang plastik dan cangkir. Dengan alat ini bayi tidak akan marah karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang untuk memproduksi ASI.Dari Berbagai sumber.